Sabtu, 06 Maret 2010

KTP

BAB I

PEBAHASAN

A. LATAR BELAKANG

Pembahasan sejarah mauritania dalam perkembangan peradaban islam sangatlah luas, puluhan ribu tahun yang lalu Mauritania adalah tanah yang subur dan manghijau. Fakta arkeologi menunjukkan bahwa suku Berber dan negro Mauritania hidup berdampingan sebelum padang pasir menyebar menuju ke arah selatan. Pada abad ke 3 dan 4, suku Berber mengembara ke arah selatan untuk menghindari perang di daerah utara, dengan menggunakan jasa transportasi unta, dan lama kelamaan mereka membentuk sebuah konfederasi Sanhadja. Mereka berdagang dari daerah utara ke selatan (Timbuktu, Mali) emas, budak dan gading dan ditukar dengan garam, tembaga dan pakaian. Rute perdagangan ini akhirnya dijadikan rute penyebaran Islam di Afrika Barat, dan Islam berkembang di Mauritania secara sempurna ketika Bani Almoravids (al-Murabitun) yang di pimpin Yusuf Ibn Tasyfin menguasai Mauritania pada abad ke-11 , dan berhasil menaklukkan Sudanese Kingdom dari Ghana , yang akhirnya menyebar sampai seluruh Afrika Utara dan akhirnya menaklukkan Spanyol. Namun pada akhirnya Murabitun ditaklukkan oleh Bani Hassan pada abad ke-16, terkenal dengan perang 30 tahun di mauratania pada tahun 1644 sampai dengan 1674.

Sebagaimana diketahui, Nama lengkap Mauritania adalah (Al Jumhuriyah al Islamiyah al Mauritaniyah), yang mana didalam banyak fenomena–fenomena yang mewarnai Muaritania dalam segi sejarahnya, perkembangan, perekonomian sehingga dapat merekontroksi negara Mauritania yang ada di jajaran Afrika Utara.

B. RUMUSAN MASALAH.

Ø Sejarah Muritania

Ø Perkembangan Islam di Mauritania

Ø Perekonmian Mauritania

BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH MAURITANIA

Mauritania bernama lengkap Al-Jumhuriyah al-Islamiyah al-Muritaniyah (République Islamique de Mauritanie) atau Republik Islam Mauritania, di belahan negara afrika, Mauritania memperlihatkan integrasi yang paling kuat dalam hal identitas etnis, nasional, dan identitas Negara. Dan waktu itu, Islam berkembang di Mauritania secara sempurna ketika Bani Almoravids (al-Murabitun) yang di pimpin Yusuf Ibn Tasyfin menguasai Mauritania pada abad ke-11 , dan berhasil menaklukkan Sudanese Kingdom dari Ghana , yang akhirnya menlebar sampai seluruh Afrika Utara dan akhirnya menaklukkan Spanyol. Namun pada akhirnya murabitun ditaklukkan oleh Bani Hassan pada abad ke-16, terkenal dengan perang 30 tahun di mauratania pada tahun 1644 sampai dengan 1674.[1]

Perancis masuk ke Mauritania pada abad ke-20, yaitu pada tahun 1903, dan menjadikan Mauritania sebagai negara protektorat Perancis dengan nama ‘the Moorish Country’, dan akhirnya dijadikan koloni Perancis pada tahun 1920. Serangkaian pemberontakan lokal dapat dikalahkan oleh perancis sehingga mengakibatkan rakyat Mauritania menghentikan pemberontakan dan menerima kaloborasi dengan prancis untuk melindungi keagamaan dan ekonomi mereka. Menjelang kemerdekaan Mauritania, muncul banyak partai di kalangan masyarakat Mauritania. Partai-partai tersebut antara lain, Entente Mouritanienne yang didirikan pada tahun 1948. Partai ini mendapat tentangan dari Union Progressiste Mouritanienne (U.P.M). Partai U.P.M sendiri terpecah dan ada yang memisahkan diri dan membentuk Association de la Jeunesse Mouritanienne yang lebih lantang menuntut kemerdekaan. Terbentuknya berbagai partai di Mauritania memperlihatkan adanya perselisihan didalam masyarakat Mauritania antara elite tradisional dan politisi modern. Namun isu utama adalah bagaimana melestarikan identitas Mauritania dengan memajukan peradaban di negaranya sendiri. Pada tahun 1958, Mauritania diberi pemerintahan sendiri dan diikuti dengan kemerdekaan pada tanggal 28 Nopember 1960. Setelah merdeka terjadi penyatuan partai politik antara Entente dan U.P.M, sehingga membentuk partai baru yang diberi nama Parti du Regroupement Mouritanienne. Namun pada tahun 1961 berganti nama menjadi Mouritanienne People Party. Dengan demikian komunitas segmenter tradisional dalam masyarakat Mauritania telah disatukan dalam rezim tunggal. Perpecahan masyarakat traisional secara pelan-pelan dapat diatasi melalui pembentukan sebuah komunitas yang lebih menyatu di bawah rezim tunggal yang menggunakan sebuah bahasa metropolitan dan menjanjikan identitas Islam.

Sejak awal kemerdekaan sampai dengan tahun 1978, Republik Islam Mauritania dipimpin oleh Presiden sipil, yaitu Moktar Ould (walad) Daddah, seorang pengacara dari Ras Moor putih. Pada pemerintahan Daddah inilah. Mauritania mempunyai mata uang sendiri, yang dikenal dengan nama ‘Ouguiya’, dan berhasil menguasai Sahara Barat (Polisario) selama 4 (empat) tahun (1975-1979). Sayangnya, pemerintahan Daddah harus berakhir secara tragis, karena dikudeta oleh militer pada tahun 1979 oleh Letnan Kolonel Mohamed Khouna Ould Haidalla. Regim ini dikenal represif dan korup.

Pada pemerintahan Haidalla juga dikenal sangat lunak dan bersahabat dengan para pejuang Polisario abad ke-11. Dan lebih perkasa lagi, setelah Bani Hasaniyah menguasai Mauritania pada abad ke-16. Baik suku bangsa Moor/Berber dan Negro, Berber dan Negro adalah penganut Islam yang setia, sejak berabad - abad lalu. Mereka menganut madzhab Sunni sedangkan aliran sufi yang dianut adalah sufi Qadiriyah.

Mauritania dikenal sangat kental sebagai Republik Islam. Islam diterapkan dalam segala faktor kehidupan, baik sosial, politik, budaya maupun ekonomi. Oleh karena itu, Islam di Mauritania tidak perlu diperjuangkan seperti negara-negara Afrika lainnya, namun perlu dikembangkan dengan benar, sesuai al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Dalam Konstitusi yang telah diratifikasi pada tanggal 20 Juli 1991 ditegaskan bahwa ‘Mauritania adalah Republik Islam yang tak dapat diubah’. Selanjutnya dalam pasal 5 UUD tersebut dinyatakan bahwa ‘Islam adalah agama penduduk dan negara’. Dengan dua ayat tersebut menunjukkan bahwa Mauritania bukan negara sekuler, dan terjemahan selanjutnya adalah bahwa setiap penduduk Mauritania adalah Muslim, dan pegawai negeri di negara tersebut secara resmi harus beragama Islam.

B. PERKEMBANGAN ISLAM DI MURATANIA

Sebagaimana diketahui, Islam dianut oleh 100% penduduk Mauritania sejak abad ke- 11. Dan lebih perkasa lagi, setelah Bani Hasaniyah menguasai Mauritania pada abad ke- 16. Baik suku bangsa Berber dan negro dan penduduk asing, Berber atau Negro adalah penganut Islam yang setia, sejak berabad-abad lalu. Mereka menganut madzhab Sunni, sedangkan aliran sufi yang dianut adalah sufi Qadiriyah.

Mauritania dikenal sangat kental sebagai Republik Islam. Islam diterapkan dalam segala faktor kehidupan, baik sosial, politik, budaya maupun ekonomi. Oleh karena itu, Islam di Mauritania tidak perlu diperjuangkan seperti negara-negara Afrika utara lainnya, namun perlu dikembangkan dengan benar, sesuai al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Dalam Konstitusi yang telah diratifikasi pada tanggal 20 Juli 19991 ditegaskan bahwa ‘Mauritania adalah Republik Islam yang tak dapat diubah’. Selanjutnya dalam pasal 5 UUD tersebut dinyatakan bahwa ‘Islam adalah agama penduduk dan negara’. Dengan dua ayat tersebut menunjukkan bahwa Mauritania bukan negara sekuler, dan terjemahan selanjutnya adalah bahwa setiap penduduk Mauritania adalah Muslim, dan pegawai negeri di negara tersebut secara resmi harus beragama Islam.

Namun, menyusul peristiwa pemboman WTC New York pada tanggal 11 September 2001, pemerintah Mauritania tidak ingin dijadikan sasaran kemaranah Barat, karena semata Mauritania adalah negara Islam. Seluruh kegiatan keagamaan di Mauritania di bawah pengawasan Kementerian Pengembangan dan Kebudayaan Islam. Sehingga pemerintah akan mudah mengontrol, apakah kehidupan keberagamaan di Mauritania masih tetap moderat atau sudah sampai pada tahap ekstrim. Karena perlu diingat, bahwa memang Pemerintah Mauritania mempunyai kedekatan hubungan, baik dengan Amerika Serikat maupun Israel.[2]

Pemerintah Mauritania, yang memang sebagai Negara Islam, tentu tak mau tercemar oleh kegiatan asing (baca: kegiatan ekstremis), semisal al-Qaedah, yang bisa saja meracuni generasi muda. Saat ini, memang banyak generasi muda Islam di belahan dunia manapun, sangat membenci terhadap pergerakan politik luar negeri Amerika Serikat, yang dianggap sangat memusuhi Islam, sehingga mereka banyak terjebak pada tindakan terror sebagaimana dilakukan oleh al-Qaedah. Oleh karena itu, Mauritania sebagai negara Islam, tak ingin dianggap sebagai negara Islam yang suka dengan kekerasan dan memusuhi negara atau agama lain. Bila ini terjadi, tentu akan membahayakan pemerintah Mauritania sendiri. Pernyataan ini disampaikan oleh Perdana Menteri Mauritania, Sheikh Al Avia Ould Mohamed Khounala pada tanggal 18 Mei 2003 yang lalu. Mauritania

C. PEREKONOMIAN MAURITANIA

Separuh penduduk Mauritania masih bergantung pada pertanian dan berternak sebagai mata pencaharian. Guna menunjang perekonomian, pemerintah Mauritanian secara ekstensif menggali sumberdaya alam yaitu biji besi yang mempunyai nilai sebesar 40% total eksport. Dan pengembalan yang dilakukan oleh masyarakat Mauritania untuk membatu kemajuan Negaranya, pada Desember 2001 menerima bantuan dari consultative group. Pada tahun 2001 itu pula, eksplorasi minyak mulai digalakkan.

Angka pertumbuhan ekonomi rata-rata 4,5% dengan inflasi rata-rata 7%. Angkatan kerja diserap oleh pertanian sebanyak 50%, jasa 40% dan industri 10%. Hasil tambang berkisar pada petroleum, emas, biji besi, tembaga, gips, dan garam.[3]

Sedangkan produk pertaniannya adalah gandum, kurma, jagung, hasil peternakan dan beras. Hasil industrinya hanya berkisar pada produk perikanan, biji besi dan gips.

Angka eksportnya sebesar US $ 541 juta, dan import sebesar US $ 860 juta.. Komoditi eksport adalah biji besi, ikan dan produk perikanan dan emas. Patner ekspor tahun adalah Italia, Perancis, Spanyol, Jerma, Belgia dan Jepang. Sedangkan komiditi import adalah mesin dan peralatan, produk permiyakan, dan bahan makanan. Patner importnya adalah Perancis, Belgia, Cina, Spanyol dan Jerman., baik eksport maupun import Mauritania. Mata uangnya adalah ouguiyas (MRO), $ US 1,- = 271,74 MRO.

Mauritania juga mengembangkan kemampuan dunia turis, guna memperoleh devisa Negara yang cukup besar, dengan memanfaatkan keunikan antara lautan Atlantik yang luas dengan gurun Sahara yang gersang. Keberadaan 259 spesies burung di pantai Mauritania sangat menarik minat para peneliti, di samping keberadaan suku yang unik.

BAB III

KESIMPULAN

Mauritania bernama lengkap Al-Jumhuriyah al-Islamiyah al-Muritaniyah (République Islamique de Mauritanie) atau Republik Islam Mauritania, di belaha negara afrika, Mauritania memperlihatkan integrasi yang paling kuat dalam hal identitas etnis, nasional, dan identitas Negara. Da.n waktu itu, Islam berkembang di Mauritania secara sempurna ketika Bani Almoravids (al-Murabitun) yang di pimpin Yusuf Ibn Tasyfin menguasai Mauritania pada abad ke-11 , dan berhasil menaklukkan Sudanese Kingdom dari Ghana , yang akhirnya menyebar sampai seluruh Afrika Utara dan akhirnya menaklukkan Spanyol. Namun pada akhirnya murabitun ditaklukkan oleh Bani Hassan pada abad ke-16, terkenal dengan perang 30 tahun di mauratania pada tahun 1644 sampai dengan 1674. Seingga penduduk mauritani menganut agama islam 100% pada abad 11 yang merupkan tonggak kemauan terhadap Mauritania.




[1] M, Ira. Lapindus sejarah umat islam Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1985. hal 135 - 137

[2] Pemikira islam. Multiply. Com / reviews/ item/ 71

[3] Chamzawi. Wordpress. Com/ 2008/ 07/26/ isla di Mauritania/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar