Sabtu, 27 Maret 2010

puisi buat desaku

Indonesiaku Menangis

Kulepas selimutku
Dan kubuka jendela dipagi hari
Angin segar menyapa
Linangan air mata yang berkaca-kaca
Melihat rumput bergoyang tanpa makna
Kubiarkan jarum jam berputar menyaingi detakan jantung
Harapan untuk melangkah terasa berat
Jutaan hembusan nafas terhenti seketika
Ketika engkau bereakaksi……
Suarapun diam dalam kebisuan……..
Selamat kau menang
Dalam keangkuanmu
Indonesiaku menangis.






Mahkota ibuku
Sendari pagi ku nanti malam datang menjelang
Angin berhembus mengusik lara hati
Kunanti sebuah cahaya menyinari kehidupan
Nafasku mengejar detak jantung

Akankah ………..

Kau hadir dalam mimipiku
Di selimutku yang tebal
Untuk mengganti kedinginan malam
Sembari mengucapkan selamat malam

Ibuku……….

Aku sangat merindukanmu
Dalam hangat pelukan
Dan tetesan air mata Membasahi garis-garis bibirku
Semoga tuhan meridhoimu















Tangisan Pengamen

Di malam hari kuisi ruang-ruang khayal dan hadir dalam mimpi
Ku sambut pagi dalam kebingungan
Bersama Terik matahari bejalan tanpa alas kaki

Keringat membasahi tubuhku
Lantunan lagu terhaturkan
Demi perutku yang kosong

Aku malu…..
Aku malu….
Aku malu…..

dalam kesedihan, jembatan kehidupanku
hanya bayang-bayang tangisan membasahi pipiku
seolah-olah dunia sangat kejam


Maduraku

Terlihat sepertiga piramida
Tertutupup pasir dalam tiupan angin
Begitu elok kau menciptakan budaya
Yang terselip pada ukiran kata
Apa katanya
Lir-saalir, lir saalir alir-alir, kung,
Kau begitu anggun
Dalam menciptakan segalanya
Kau hiasi bagaikan bidadari turun dari langit
Seakan-akan tersimpuh oleh kecantikanmu
Lir-saalir, lir saalir alir-alir, kung,
Terkejup melihat ragam budayamu
Serupa mawar mekar baru lahir
Inilah maduraku











GADISKU DI MADURA

Semilirnya angin menyapa kerinduan hati
Sinar lampu menyinari jembatan suramadu
Jalan terang menuju singgasana hati
Lantunan suara menggebu-gebu
Kekasihku……….
Kerinduan ini tidak sanggup aku pikul
Langkah kaki mendesak bertemu denganmu
Jari-jari kecil menggelitik khayalanku
Hamparan jalan membentang wajahmu
Kekasihku………
Maafkan aku tidak bisa menemuimu
Demi tercapainya cita-cita kita untuk mewarnai dunia





















Neraka vs Surga

Serabut malam begitu gelap
Hitam dan putih
Kau takdirkan dalam hidupku
Gemuruh angin mendesir di telinga
Cucuran air mata mengalir tanpa sepengatahuan
Kau porak-porandakan demi keangkahuamu
Sungguh terbuai dalam tipu muslihatmu
Aku hanya bisa ketawa
hahh……
hAhh……
hAhh……
Aku tak sanggup mendengarnya
terkadang kau lembut
terkadang kau kasar
manakah yang benar
sungguh bingung aku menilamu !!!


Cintaku diujung sepatu

Terpantul cahaya dari mata sumber air
Sinari wajah elok
seraya menghapit bibir berlapis mutiara
Ayunan rambut terurai dalam dekapan hati
Lagu-lagu terayunayun
Dalam irama tersusun,
Berharap hembusan angin sepoi
Menghampiri gemerlapnya kerinduan
Mencoba membuka lorong waktu
Bersama bulan tersembunyi
Beku hati dalam kedinginan
Malam terus berganti






Kebisuan diriku

Terangsang melihat topengmu
Aku tak kuat
Aku tak mampu
Aku tak sanggup
Ternyata kau sosok hitam menjelma malaikat
Aku tertawa
Aku muak
Aku bingung
Sorot mata yang kosong
Kehabisan udara untuk bernafas
bulan muram di tengah malam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar